BUTUH GURU LES PRIVAT UNTUK ANAK ANDA?
JIKA ANDA CARI GURU PRIVAT, SILAHKAN KLIK LES PRIVAT THAILAND - Fakultas Agro Industri Kasetsart University, Thailand berjanji untuk tidak lagi menggunakan topi anti-menyontek di dalam ruang ujian karena menuai banyak kritik. Padahal pihak kampus mengaku menerapkan sistem tersebut untuk mempromosikan kejujuran di kalangan kawula muda.
"Karena banyak orang mengkritik kami dengan mengatakan jika penggunaan topi tersebut tidak pantas, maka kami tidak akan menggunakannya lagi," ujar Dekan Fakultas Agro Industri Kasetsart University, Tanaboon Sajja-anantakul, dalam konferensi pers, seperti dikutip dari The Nation, Selasa (20/8/2013).
Topi anti-menyontek terbuat dari dua lembar kertas A4 yang menutupi sisi kanan dan kiri muka mahasiswa. Hal ini dimaksudkan agar mereka kesulitan untuk menyontek atau bahkan sekadar melirik jawaban ujian teman mereka.
Menurut Tanaboon, topi ini digunakan oleh 90 mahasiswa hanya satu kali ketika ujian Tekstil. Para mahasiswa dan dosen Nattadol Rungruangkitkrai telah sepakat untuk mencoba dan berhenti menyontek oleh karena itu mereka pun menggunakan topi tersebut.
"Saya ingin menanamkan perilaku etis dan jujur kepada mahasiswa saya. Jadi, saya menekankan, kepada siapapun yang menyontek saat ujian akan dihukum dan saya juga meminta usulan dari mereka untuk mencegah kecurangan," ungkap Nattadol.
Ketika meminta usulan dari para mahasiswanya, kata Nattadol, mereka menyarankan untuk menggunakan kotak maupun topi dari kertas. "Kami akhirnya sepakat untuk menggunakan topi kertas dan merekaa merasa itu menyenangkan," jelasnya.
Dia mengaku mengambil foto saat para mahasiswanya menggunakan topi anti-menyontek dan mempostingnya dalam sebuah grup Facebook yang tertutup. Namun, entah bagaimana, foto tersebut muncul dalam ruang publik dan menuai banyak kritik.
"Saya sangat sedih dan stres karena muncul komentar yang meluas jika universitasnya memiliki masalah menyontek yang buruk sehingga topi tersebut harus diciptakan. Padahal, para mahasiswa saya adalah mahasiswa yang jujur dan disiplin," tutur Nattadol.
Kesedihan yang sama juga dirasakan salah seorang mahasiswa yang mengenakan topi anti-menyontek, yakni Chanatom Jiravejdechacham. Dia mengaku sangat sedih karena komentar yang menyebut jika para mahasiswa yang mengenakan topi anti-menyontek adalah mahasiswa penurut, tertindas, dan tukang nyontek.
"Padahal, kenyataannya, kami merasakan jika topi tersebut membantu kami lebih berkonsenterasi. Itu hanya niat baik dari dosen saya. Namun, jika masyarakat menganggap topi ini tidak pantas, saya tidak akan memakainya lagi," urai Chanatom.
Tanaboon mengatakan, pihak fakultas tidak akan menghukum Nattadol untuk keributan yang telah disebabkan oleh topi anti-menyontek. "Dia sudah merasa sangat tertekan dan harus dihadapkan dengan berbagai cemoohan," tutup Tanaboon. (ade)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar